in

Cerita Rakyat di Balik Tari Gambyong yang Disukai Raja

Bagikan Artikel Ini

Sejak zaman dulu masyarakat Jawa tidak pernah lepas dari kesenian tradisonal salah satunya adalah Tari. Sampai saat ini masih dibudidayakan dan diturunkan sehingga, terus lestari karena, menjadi identitas bangsa di mata dunia.

Di antara berbagai jenis tarian, Gambyong adalah jenis yang tidak pernah lupa untuk dipentaskan. Baik pada saat upacara adat atau event internasional. Tari yang berasal dari Surakarta ini sangat klasik dalam setiap gerakannya tersirat banyak makna serta doa.

Tidak heran bila beberapa acara hajatan sering mempertunjukan Trai Gambyong sebagai pembukanya. Di balik keindahan setiap gerakannya, ada sejarah panjang mengapa tari ini harus tetap lestari.

Melihat Sejarah Dari Tari Gambyong

Pada awalnya Tari Gambyong adalah jenis tunggal hanya saja mengalami perkembangan hingga akhirnya dapat dilakukan 3 sampai 5 orang sekaligus. Sebagai kebanggaan masyarakat Jawa Khususnya Bagian Tengah, kesenian ini tidak pernah berhenti dipentaskan.

Terutama, penyambutan tamu kerajaan. Asal dari pertunjukan ini merupakan perkembangan dari kesenian Tayub. Biasanya digelar pada saat upacara panen atau menanam padi. Namanya sendiri diambil dari seorang penari.

Namanya adalah Sri Gambyong. Seorang perempuan yang mempunyai suara sangat bagus dan merdu, saat menarikan kesenian ini sangat luwes. Banyak penonton terpikat akan pertunjukkannya.

Namanya terdengar hingga ke kalangan Keraton di mana pada waktu itu Surakarta Di pimpin oleh Pakubuwono IV. Sang Raja ingin sekali melihat pertunjukan Tari Tayub tersebut. Hingga akhirnya, menjadi cikal bakal jenis Tarian baru yaitu Gambyong.

Melihat Karakteristik Dan Ciri Khas Dari Gambyong

Ciri khas dari Tari Gambyong memang berbeda dengan lainnya. Di mana Anda bisa melihat pada gerakan yang diciptakan yaitu Beksan. Mulai dari awal sampai akhir, memang tidak mudah melakukannya.

Karena, penari sendiri tetap mengedepankan keluwesan baik itu tangan, kaki, anggota tubuh hingga kepala. Tempo yang dipertontonkan tidak sembarangan, sangat hati-hati. Sehingga, kecantikan dari seorang wanita jawa dapat terpancar dari pertunjukan terebut.

Selain cantik, penari sendiri menggambarkan kelembutan dan keanggunannya. Gerakan kaki harus sesuai dengan iringan gamelan. Sementara, ekspresi muka harus tersenyum di mana hal ini menunjukkan kecantikan alam dari dalam diri penari.

Saat mementaskan pertunjukan tari, biasanya seorang penari menggunakan kebaya dan kemben bahu terbuka, menggunakan jarik atau motif kain batik. Sebagai pelengkap ada selendang yang diletakkan di atas bahu. Riasan wajahnya, menunjukkan wanita khas Jawa.

Iringan musik atau gamelan untuk tari Gambyong sendiri memang lebih halus dan lembut. hal ini senada dengan gerakannya yang tidak terburu-buru.  Di mana alat musik utama untuk pertunjukkan ini adalah kendang, sehingga mampu mengatur dan memainkan tempo.

Perkembangan Tari Gambyong Dari Masa ke Masa

Tari Gambyong sendiri mengalami perkembangan yang cukup pesat walau tidak keluar dari pakem yang ada. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya sanggar tari, selalu ramai para penari baru melakukan kesenian ini.

Dari peminat yang begitu banyak ini akhirnya beberapa mampu menciptakan pertunjukan Gambyong baru. Sehingga, penarinya bisa berkembang dalam jumlah banyak. Untuk mempelajarinya sangat sulit dan butuh kerja keras.

Menari bukan hanya melakukan gerakan tubuh saja melainkan, seluruhnya bergerak termasuk suasana hati. Apalagi, Gambyong merupakan pertunjukan yang menampilkan sisi cantik dari seorang wanita.

Jadi, raut wajah wajib tersenyum, keluwesan gerakan menjadi kunci utama apakah pertunjukan tersebut sukses atau tidak. Untuk mendapatkan keluwesan itu dibutuhkan persiapan yang sangat panjang.

Serta latihan tanpa kenal lelah. Stamina harus prima, kesehatan tubuh tetap dijaga dengan baik. Melestarikan budaya adalah kewajiban para generasi penerus terutama anak muda. Jangan sampai Tari Gambyong diakui oleh Negara lain sepeti beberapa pertunjukan lain.