in

Cerita Rakyat Mengenai Sejarah Panjang Ondel-Ondel

Bagikan Artikel Ini

Siapa yang tidak mengenal Ondel-Ondel. Salah satu kerajinan dan kesenian asal Betawi yang tidak pernah absen mengisi berbagai macam acara di Jakarta. Sehingga, menjadi salah satu ikon resmi Ibu Kota.

Memiliki tinggi kurang lebih 2 sampai 3 meter memiliki lingkar tubuh hampir 90 cm. Bentuknya hampir mirip manusia, dengan riasan khas Abang None Jakarta. Untuk membuatnya sendiri cukup sulit.

Karena, tubuhnya sendiri terbuat dari bambu. Ukurannya memang agak lebar, agar orang yang mengendalikannya dari dalam dapat leluasa bergerak dan bernapas. Sehingga, dalam menggerakkannya akan sangat mudah.

Wajahnya disebut juga dengan nama kedok dibuat dengan kayu kapuk. Untuk membedakan antara perempuan dan pria biasanya dibedakan dengan warna. Kedok pada wanita bermotif putih. Hidungnya sedikit panjang tetapi, sangat lembut.

Dagunya dibuat lebih tipis, memanjang sedikit bulat. Pada bibirnya dibuat lebih tipis menggunakan bulu mata cukup tebal serta mempunyai rona di pipi. Sementara, untuk pria sendiri warna kedoknya adalah merah.

Garis rahang sedikit tegas, mata tampak melotot, alis dan kumis dibuat tebal, sehingga, tampak sekali kesan seram. Tidak heran bila beberapa merasa takut bila melihat wajahnya karena terlihat begitu menyeramkan.

Sejarah Panjang Dari Ondel-Ondel

menurut cerita rakyat yang beredar, warna merah pada  kedok pria yang terlihat seram ini bukan tanpa alasan. Dulu pembuatannya digunakan menurut fungsinya sebagai penolak bala atau menghindarkan diri dari gangguan roh halus.

Hanya saja seiring berjalannya waktu, kegunaan tersebut bergeser dan berpindah untuk menyambut para tamu. serta digunakan sebagai pemerintah di berbagai pesta rakyat. Terutama acara pemerintah daerah Jakarta yang hampir tidak pernah absen.

Makna dari merah ini sebenarnya, menyimbolkan keangkeran dari laki-laki atau sosok bapak yang terkenal keras. Sementara untuk putih pada ibu sendiri mempunyai makna ketulusan dan kelembutan dari seorang Ibu.

Nama ondel-ondel ini sebenarnya berasal dari Gondel-Gondel yang artinya sendiri adalah menggantung atau gantung. Bila Anda perhatikan lebih dalam sebenarnya, ondel-ondel ini jalannya seperti bergelantungan.

Zaman dulu dalam penggunaannya tidak boleh sembarangan. Tidak bisa langsung dikenakan begitu saja seperti saat ini. Tetapi, harus menggunakan sesajen terlebih dulu. Di mana isinya adalah bubur merah putih. Rujak-rujakan berisi tujuh rupa, ada lagi bunga yang macamnya ada tujuh terakhir adalah kemenyan.

Cerita Rakyat Dibalik Ondel-Ondel

Sebelum digunakan untuk pementasan setiap orang yang akan memperagakannya wajib melaksanakan sebuah ritual yang dinamakan Ngukup. Ritual ini akan dilakukan setelah ondel-ondel sudah dilumuri asap kemenyan serta berbagai macam mantera.

Menurut sejumlah tokoh masyarakat, Ondel-Ondel juga disebut sebagai Barongan. Konon katanya diambil dari nama yang disematkan yaitu bareng-bareng. Tetapi, tidak sedikit pula yang mengatakan bahwa, kata ini diambil dari salah satu tokoh pewayangan.

Di mana tokoh ini merupakan makhluk yang dihilangkan dari sendratari reog versi Wengker dari Ponorogo. Di mana penokohan tersebut merupakan raksasa yang sedang mengganggu perjalanan singo barong. Hingga akhirnya berubah menjadi gagak serta merak dalam perwujudan raksasa pula.

Pada versi lain juga hadir dalam cerita Jathilan Di mana tokoh yang dihilangkan tersebut bernama Genderuwo Gede. Penyebutan Barongan ini setelah dilakukan penelitian hampir sama dengan Barongan yang ada di Bali atau Jawa Timur yaitu Reog Ponorogo

Menariknya, sampai saat ini belum ada yang dapat menjelaskan secara detail. Kapan awal mula hadirnya ondel-ondel ini. Kemudian, siapa penemu dan pembuatnya untuk pertama kali. Tetapi, menurut buku W.Scoot sebenarnya, ondel-ondel sudah ada sejak tahun 1605. Sudah hanya cukup sampai disitu saja.

Sejarah ini memang sedikit kabur dan seakan menghilang. Tetapi, untuk keseniannya sendiri jangan sampai menghilang. Karena, kebudayaan ini harus dipertahankan dan dilestarikan sebagai bagian dari kekayaan negeri ini.